Mencari Oase di Home Facebook


Membicarakan Facebook bagi saya selalu terbayang si biru yang menyita perhatian penduduk dunia akhir-akhir ini. Saya sendiri memiliki account Facebook sejak tahun 2006, didorong keingintahuan tentang apa sih 'buku bermuka' itu.

Tahun 2008 saat memasuki dunia kuliah, teman-teman kampus sedang getol-getolnya berselancar di Facebook. Tag foto, update status, pasang profile picture keluaran studio paling ciamik. Berbagai macam pages dibuat, group ini lah, group itu lah, become a fan-lah. Hingga di satu titik saya kecanduan. Rasanya kok nggak asyik ya kalo nggak buka Facebook?

Sepanjang tahun ini, ada fenomena baru yang saya perhatikan. Facebook jadi nggak asyik. Kenapa? Setiap kali selesai login, mata saya akan disuguhi pemandangan 'Home' Facebook yang isinya seperti sampah. Bikin mual, bikin enek.




Akhir-akhir ini home Facebook saya isinya kebanyakan:

1. Tag foto dari produsen/distributor online shop. Saya masih bisa toleran seandainya produk yang ditawarkan memang berkualitas dan sesuai dengan sasaran konsumen. Masalahnya, kebanyakan online shop asal men-tag orang dari friendlist-nya. Produk pelangsingan tubuh ke orang yang kurus, pembesar payudara ditag ke pria, belum lagi kosmetik, baju, sepatu, alat-alat elektronik yang segmentasinya tidak tepat.

2. Kuis-kuis dari Facebook. Memang banyak kuis-kuis yang berkualitas, tapi lebih banyak kuis yang tidak berkualitas. Sebut saja beberapa: seberapa ganteng/cantikkah kamu? seberapa 4Laykah kamu? Lalu dibumbui pula dengan hasil dalam bentuk persen. Please deh, hari gini Anda masih butuh bukti kalau Anda ganteng/cantik dan 4Lay?

3. Status sampah. Tidak semua status adalah sampah. Saya masih bisa menemukan beberapa orang yang bijak dalam menulis update status. Tapi lebih banyak orang kurang bijak daripada orang bijak. Bayangkan, setiap kali saya membuka home, kebanyakan status isinya gini: uhh, sebel! ; aq cintha bebq ; Aduh, tugas gue numpuk! ; Rambut gue keriting, napa yach? Ada yg tau? ; Ngantux, waktuny bobox; atau yang paling mengerikan kayak gini: aQ CiNth4 B4ng3T s4ma B3bhQ.
Halo dunia! Hidup sudah susah, mengapa harus menyampahi orang lain dengan curhat-curhat tidak penting. Yang lebih parah, status demikian malah kadang banyak yang nge-like.

Saya sendiri belakangan ini jarang mengupdate status kalau memang tidak perlu. Saya juga berusaha tidak 'menyampahi' orang lain dengan status-status tidak bermutu yang cuma bikin sakit perut. Lebih baik diam daripada nyampah!

Belakangan, susah sekali mecari status orang-orang yang membangun, yang bisa membuat kita berpikir. Ibarat mencari oase di padang pasir nan tandus. Ya, bagi saya home Facebook belakangan ini ibarat padang pasir. Yang kita temukan cuma pasir dan kaktus. Kalau tidak keduanya, paling-paling ya unta!


Di sisi lain, saya mulai bergerak ke Twitter, yang isinya lebih padat info. Kita bisa memilih orang-orang mana yang akan kita follow. Namun, sebaik apapun social media, pasti ada sisi negatifnya. Ada juga orang-orang 4Lay hasil migrasi dari Facebook. Dan untuk menanggulanginya, dengan gampang kita bisa mengklik Unfollow. Rasanya kok lebih 'gampang' daripada me-remove friend dari friendlist Facebook.

Sekian cuap-cuap saya tentang home Facebook. Jangan merasa tersindir.



*) Gambar dipinjam dari sini

Comments

Popular Posts