Kado Akhir Tahun untuk Indonesia dari AFF 2010
*) Ini adalah artikel penuh emosi, artikel ini mungkin yang tersulit yang pernah saya tulis. Dan artikel mengenai sepak bola pertama dalam blog ini.
Sepanjang tahun 2010 berbagai kejadian mewarnai perjalanan Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang. Tak banyak yang bisa dibanggakan karena berita-berita tersebut melulu hanya sekedar kasus korupsi, skandal video porno, wakil rakyat yang plesir ke luar negeri, atau mengenai tahanan yang bebas ber'rekreasi' ke Bali. Rakyat Indonesia dibanjiri berita-berita memalukan, berita-berita yang tak memberikan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Di penghujung tahun, rupanya ada harapan baru. Rakyat Indonesia dikejutkan dengan performa Timnas Indonesia pada pertandingan sepak bola Asia Tenggara, tak terkecuali saya.
Tadinya saya bukanlah penggila sepak bola. Tadinya saya menganggap bahwa sepak bola nasional 'bukan urusan saya'. Namun ada yang berbeda dari penyelenggaraan AFF tahun ini. Saya berkali-kali diberi kabar mengenai Timnas Indonesia yang menang melawan timnas negara ini-itu. Saya kemudian tertarik untuk menilik sejenak, penasaran sebenarnya ada apa dengan sepak bola nasional. Dan saya terkejut, bukan hanya pada penampilan timnas binaan Alfred Riedl, tapi juga pada para supporter yang demikian antusias menyanyikan lagu Garuda di Dadaku.
Tadi malam (29 Desember 2010), gelaran Piala AFF 2010 diakhiri dengan kemenangan Malaysia dengan skor agregat 4-2. Indonesia memenangkan final leg 2 dengan skor 2-1, namun skor ini tak mampu membawa Indonesia untuk memboyong Piala AFF 2010. Meski demikian, sebuah kemenangan telah dicapai Indonesia, sebuah kemenangan kolektif mengenai nasionalisme serta kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Marilah kita mereview sejenak perjuangan Timnas Indonesia pada laga final AFF 2010.
Saya cukup tercengang saat Timnas Indonesia bertandang ke Malaysia pada final leg 1. Betapa antusiasnya supporter Indonesia untuk mendukung timnas kesayangannya di negeri tetangga. Meski sedikit, mereka berhasil 'memerahkan' Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Laga di negara tetangga ini harus diakhiri dengan kemenangan Malaysia dengan skor 3-0.
Indonesia berduka, wajah-wajah sedih terlihat pada supporter yang keluar stadion. Demikian pula dengan rakyat Indonesia di tanah air, mereka bersedih karena harapan mereka untuk memboyong Piala AFF 2010 semakin pudar.
Berbagai trending topic muncul di social media: Irfan Bachdim, Nurdin Halid, hingga LASER dan Hate Malaysia. Yang dua terakhir ini cukup menyita perhatian internasional. Dunia global menilai aksi supporter Malaysia yang tidak sportif dengan mengarahkan laser ke mata Timnas Indonesia. Insiden laser ini sempat membuat berang penjaga gawang Markus Horison, yang akhirnya menghentikan sejenak pertandingan malam itu.
Publik Indonesia berang, dengan sikap supporter negeri jiran yang tidak sportif, yang mencoreng keindahan sepak bola. Bahkan menurut yang saya dengar, supporter Indonesia di Stadion Bukit Jalil sempat dilempari botol oleh supporter negeri seberang. Tindakan memalukan supporter Malaysia ini (laser dan petasan) akhirnya meruntuhkan konsentrasi Timnas Indonesia, hingga pertandingan berakhir dengan skor 3-0 untuk Malaysia.
Dari berbagai diskusi dan analisa yang dibahas di televisi, saya mengamati bahwa kekalahan Indonesia selain disebabkan oleh insiden laser supporter Malaysia, juga lebih diakibatkan kesibukan timnas menjelang pertandingan.
Satu hal yang saya catat, Indonesia terlalu cepat bergembira. Final belum digelar, namun euforia kemenangan timnas di pertandingan sebelum final seolah membahana. Berbagai acara memadati agenda para pejuang lapangan ini, meskipun tidak ada hubungannya dengan sepak bola. Para politisi tiba-tiba hadir, menampilkan wibawa terbaik mereka yang telah tenggelam dalam percaturan politik sepanjang tahun ini. Mereka seolah memanfaatkan momen kebangkitan sepak bola nasional untuk menutup-nutupi keterpurukan ekonomi, serta berbagai skandal yang mencoreng muka wakil rakyat, yang membuat nama Indonesia semakin tenggelam dalam dunia internasional.
Di balik kesedihan dan kekecewaan mendalam, Indonesia akhirnya bangkit. Indonesia masih punya harapan di final leg ke 2. Indonesia belum kalah. Maka berbondong-bondonglah rakyat Indonesia memberikan suntikan semangat pada timnas kesayangan mereka. Euforia sepak bola ini diangkat dalam berbagai program: berita internasional, berita dalam negeri, berita olahraga, media cetak, bahkan infotainment.
Perbincangan mengenai nasib Indonesia di final leg 2 mewarnai kurun waktu dari 27 hingga 29 Desember 2010. Berbagai prediksi diutarakan berbagai pihak, mulai supporter nasional, artis, pejabat, presiden, hingga si Gudel, gurita dewa laut. Yang terakhir ini meramalkan Indonesia akan memenangi final leg ke 2 di Gelora Bung Karno.
Final leg ke 2, supporter Timnas Garuda mendapatkan kembali kepercayaan diri untuk berlaga di negeri sendiri. Rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya melalui doa maupun datang langsung ke GBK. Bahkan Presiden SBY juga larut dalam euforia serta antusiasme untuk memeriahkan gelaran final AFF 2010. Lagu kebangsaan Indonesia Raya yang berkumandang di Gelora Bung Karno menghadirkan keharuan tersendiri, keharuan bersama dan semangat juang melalui doa dan harapan.
Harapan memang tipis, tapi masih ada. Maka babak pertama diwarnai dengan raut-raut serius para supporter serta presiden kita. Tak ada gol tercipta setelah 45 menit pertandingan. Rakyat Indonesia mengelus dada. Apalagi setelah pada babak kedua, tim Malaysia melalui Safee Sali berhasil membobol pertahanan Indonesia dan mencetak skor 1-0 untuk Malaysia.
Indonesia mulai siap untuk kalah, tapi tunggu dulu. Waktu masih panjang. Maka mereka dendangkan lagi lagu penyemangat, lagu pemersatu bangsa Indonesia: Garuda di dadaku, kuyakin hari ini pasti menang... Semangat Timnas akhirnya terpompa. Gol-gol tercipta dengan penuh emosi. Meskipun tidak meraih piala, setidaknya menyelamatkan muka Indonesia sebagai tuan rumah. Dan final leg 2 diakhiri dengan kemenangan Indonesia pada skor 2-1.
Yang patut dibanggakan dari gelaran AFF 2010 adalah sikap dewasa dan sportivitas para supporter tanah air. Pendukung Timnas Garuda ini berhasil membuktikan pada dunia internasional sebagai tuan rumah yang baik, yang mampu menyelenggarakan event sepak bola dengan fair play. Meski diwarnai insiden rebutan tiket --yang saya rasa lebih akibat kegagalan organisasi yang menaungi-- saya sangat bangga pada rakyat Indonesia. Sepak bola telah melibats ekat-sekat serta perbedaan ras, suku, agama, bahasa, dan budaya.
Rakyat Indonesia mampu merepresentasikan sifat ramah serta legowonya. Mampu menerima kekalahan dengan sikap ksatria. Indonesia tetap tersenyum, tetap mendukung timnas yang telah memperjuangkan kemenangan Indonesia secara mati-matian. Gerakan cinta Indonesia muncul di social media. Nama Indonesia bergaung di dunia maya, hingga menyita perhatian publik internasional sejenak. Kali ini Indonesia boleh berbangga, karena nasionalisme dan kebersamaan kita bisa melebihi gaung skandal video porno artis.
Optimisme serta rasa cinta tanah air mampu mengangkat kembali citra Indonesia di mata dunia. Inilah kemenangan kita, sebagai bangsa yang bersatu, sebagai bangsa yang memiliki jiwa nasionalisme, serta cinta damai. Saya cukup dibuat merinding saat rakyat Indonesia meneriakkan rasa cintanya pada tanah air.
Terima kasih untuk rakyat Indonesia, untuk kedewasaan serta sportivitasnya. Ini menandakan kedewasaan baru dalam olahraga nasional. Ini membuktikan bahwa rakyat Indonesia memiliki attitude serta menjunjung tata krama yang menjadi semboyan nasional. Indonesia membuktikan bahwa negeri ini adalah tuan rumah yang baik, yang mampu menyelenggarakan event internasional dengan baik.
Terima kasih untuk para Timnas Indonesia, yang berjuang untuk negara kita tercinta, yang mampu memberikan kebahagiaan serta memicu kembali semangat nasionalisme kita. Tak terlupa pada Alfred Riedl, yang kedisiplinan serta ketegasannya mampu mengantarkan Timnas Garuda meraih prestasi gilang gemilang. Kita masih punya harapan, bergaunglah lagi di Sea Games 2011!
Prestasi ini cukup dan tidak kurang. Kita telah menang secara terhormat, dan publik internasional bisa menilai mana negara yang lebih dewasa, lebih sportif, serta lebih layak untuk disebut sebagai pemenang. Sekali lagi, tidak ada pemenang yang tidak pernah kalah. Inilah pelajaran berharga yang bisa dipetik bangsa Indonesia. Inilah kesatuan dan spirit kebersamaan yang harus terus dijaga, dalam bidang apapun, dalam event apapun.
Untuk para politisi yang berusaha eksis melalui event ini, kami rakyat Indonesia menunggu prestasi Anda dalam membangun negeri ini. Kami hanya berharap semoga tidak ada kasus suap atau skandal yang kembali menjatuhkan wibawa Indonesia di mata dunia. Kami menunggu realisasi janji-janji Anda, bukan sekedar senyum dan jabat tangan di televisi.
Terima kasih untuk rakyat Indonesia, yang memberikan kado akhir tahun yang begitu indah. Akhirnya, dengan bangga saya menyatakan "Saya makin cinta Indonesia!".
Maju terus sepak bola Indonesia!
*) Gambar dipinjam dari sini dan sini
Sepanjang tahun 2010 berbagai kejadian mewarnai perjalanan Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang. Tak banyak yang bisa dibanggakan karena berita-berita tersebut melulu hanya sekedar kasus korupsi, skandal video porno, wakil rakyat yang plesir ke luar negeri, atau mengenai tahanan yang bebas ber'rekreasi' ke Bali. Rakyat Indonesia dibanjiri berita-berita memalukan, berita-berita yang tak memberikan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Di penghujung tahun, rupanya ada harapan baru. Rakyat Indonesia dikejutkan dengan performa Timnas Indonesia pada pertandingan sepak bola Asia Tenggara, tak terkecuali saya.
Tadinya saya bukanlah penggila sepak bola. Tadinya saya menganggap bahwa sepak bola nasional 'bukan urusan saya'. Namun ada yang berbeda dari penyelenggaraan AFF tahun ini. Saya berkali-kali diberi kabar mengenai Timnas Indonesia yang menang melawan timnas negara ini-itu. Saya kemudian tertarik untuk menilik sejenak, penasaran sebenarnya ada apa dengan sepak bola nasional. Dan saya terkejut, bukan hanya pada penampilan timnas binaan Alfred Riedl, tapi juga pada para supporter yang demikian antusias menyanyikan lagu Garuda di Dadaku.
Tadi malam (29 Desember 2010), gelaran Piala AFF 2010 diakhiri dengan kemenangan Malaysia dengan skor agregat 4-2. Indonesia memenangkan final leg 2 dengan skor 2-1, namun skor ini tak mampu membawa Indonesia untuk memboyong Piala AFF 2010. Meski demikian, sebuah kemenangan telah dicapai Indonesia, sebuah kemenangan kolektif mengenai nasionalisme serta kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Marilah kita mereview sejenak perjuangan Timnas Indonesia pada laga final AFF 2010.
Saya cukup tercengang saat Timnas Indonesia bertandang ke Malaysia pada final leg 1. Betapa antusiasnya supporter Indonesia untuk mendukung timnas kesayangannya di negeri tetangga. Meski sedikit, mereka berhasil 'memerahkan' Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Laga di negara tetangga ini harus diakhiri dengan kemenangan Malaysia dengan skor 3-0.
Indonesia berduka, wajah-wajah sedih terlihat pada supporter yang keluar stadion. Demikian pula dengan rakyat Indonesia di tanah air, mereka bersedih karena harapan mereka untuk memboyong Piala AFF 2010 semakin pudar.
Berbagai trending topic muncul di social media: Irfan Bachdim, Nurdin Halid, hingga LASER dan Hate Malaysia. Yang dua terakhir ini cukup menyita perhatian internasional. Dunia global menilai aksi supporter Malaysia yang tidak sportif dengan mengarahkan laser ke mata Timnas Indonesia. Insiden laser ini sempat membuat berang penjaga gawang Markus Horison, yang akhirnya menghentikan sejenak pertandingan malam itu.
Publik Indonesia berang, dengan sikap supporter negeri jiran yang tidak sportif, yang mencoreng keindahan sepak bola. Bahkan menurut yang saya dengar, supporter Indonesia di Stadion Bukit Jalil sempat dilempari botol oleh supporter negeri seberang. Tindakan memalukan supporter Malaysia ini (laser dan petasan) akhirnya meruntuhkan konsentrasi Timnas Indonesia, hingga pertandingan berakhir dengan skor 3-0 untuk Malaysia.
Dari berbagai diskusi dan analisa yang dibahas di televisi, saya mengamati bahwa kekalahan Indonesia selain disebabkan oleh insiden laser supporter Malaysia, juga lebih diakibatkan kesibukan timnas menjelang pertandingan.
Satu hal yang saya catat, Indonesia terlalu cepat bergembira. Final belum digelar, namun euforia kemenangan timnas di pertandingan sebelum final seolah membahana. Berbagai acara memadati agenda para pejuang lapangan ini, meskipun tidak ada hubungannya dengan sepak bola. Para politisi tiba-tiba hadir, menampilkan wibawa terbaik mereka yang telah tenggelam dalam percaturan politik sepanjang tahun ini. Mereka seolah memanfaatkan momen kebangkitan sepak bola nasional untuk menutup-nutupi keterpurukan ekonomi, serta berbagai skandal yang mencoreng muka wakil rakyat, yang membuat nama Indonesia semakin tenggelam dalam dunia internasional.
Di balik kesedihan dan kekecewaan mendalam, Indonesia akhirnya bangkit. Indonesia masih punya harapan di final leg ke 2. Indonesia belum kalah. Maka berbondong-bondonglah rakyat Indonesia memberikan suntikan semangat pada timnas kesayangan mereka. Euforia sepak bola ini diangkat dalam berbagai program: berita internasional, berita dalam negeri, berita olahraga, media cetak, bahkan infotainment.
Perbincangan mengenai nasib Indonesia di final leg 2 mewarnai kurun waktu dari 27 hingga 29 Desember 2010. Berbagai prediksi diutarakan berbagai pihak, mulai supporter nasional, artis, pejabat, presiden, hingga si Gudel, gurita dewa laut. Yang terakhir ini meramalkan Indonesia akan memenangi final leg ke 2 di Gelora Bung Karno.
Final leg ke 2, supporter Timnas Garuda mendapatkan kembali kepercayaan diri untuk berlaga di negeri sendiri. Rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya melalui doa maupun datang langsung ke GBK. Bahkan Presiden SBY juga larut dalam euforia serta antusiasme untuk memeriahkan gelaran final AFF 2010. Lagu kebangsaan Indonesia Raya yang berkumandang di Gelora Bung Karno menghadirkan keharuan tersendiri, keharuan bersama dan semangat juang melalui doa dan harapan.
Harapan memang tipis, tapi masih ada. Maka babak pertama diwarnai dengan raut-raut serius para supporter serta presiden kita. Tak ada gol tercipta setelah 45 menit pertandingan. Rakyat Indonesia mengelus dada. Apalagi setelah pada babak kedua, tim Malaysia melalui Safee Sali berhasil membobol pertahanan Indonesia dan mencetak skor 1-0 untuk Malaysia.
Indonesia mulai siap untuk kalah, tapi tunggu dulu. Waktu masih panjang. Maka mereka dendangkan lagi lagu penyemangat, lagu pemersatu bangsa Indonesia: Garuda di dadaku, kuyakin hari ini pasti menang... Semangat Timnas akhirnya terpompa. Gol-gol tercipta dengan penuh emosi. Meskipun tidak meraih piala, setidaknya menyelamatkan muka Indonesia sebagai tuan rumah. Dan final leg 2 diakhiri dengan kemenangan Indonesia pada skor 2-1.
Yang patut dibanggakan dari gelaran AFF 2010 adalah sikap dewasa dan sportivitas para supporter tanah air. Pendukung Timnas Garuda ini berhasil membuktikan pada dunia internasional sebagai tuan rumah yang baik, yang mampu menyelenggarakan event sepak bola dengan fair play. Meski diwarnai insiden rebutan tiket --yang saya rasa lebih akibat kegagalan organisasi yang menaungi-- saya sangat bangga pada rakyat Indonesia. Sepak bola telah melibats ekat-sekat serta perbedaan ras, suku, agama, bahasa, dan budaya.
Rakyat Indonesia mampu merepresentasikan sifat ramah serta legowonya. Mampu menerima kekalahan dengan sikap ksatria. Indonesia tetap tersenyum, tetap mendukung timnas yang telah memperjuangkan kemenangan Indonesia secara mati-matian. Gerakan cinta Indonesia muncul di social media. Nama Indonesia bergaung di dunia maya, hingga menyita perhatian publik internasional sejenak. Kali ini Indonesia boleh berbangga, karena nasionalisme dan kebersamaan kita bisa melebihi gaung skandal video porno artis.
Optimisme serta rasa cinta tanah air mampu mengangkat kembali citra Indonesia di mata dunia. Inilah kemenangan kita, sebagai bangsa yang bersatu, sebagai bangsa yang memiliki jiwa nasionalisme, serta cinta damai. Saya cukup dibuat merinding saat rakyat Indonesia meneriakkan rasa cintanya pada tanah air.
Terima kasih untuk rakyat Indonesia, untuk kedewasaan serta sportivitasnya. Ini menandakan kedewasaan baru dalam olahraga nasional. Ini membuktikan bahwa rakyat Indonesia memiliki attitude serta menjunjung tata krama yang menjadi semboyan nasional. Indonesia membuktikan bahwa negeri ini adalah tuan rumah yang baik, yang mampu menyelenggarakan event internasional dengan baik.
Terima kasih untuk para Timnas Indonesia, yang berjuang untuk negara kita tercinta, yang mampu memberikan kebahagiaan serta memicu kembali semangat nasionalisme kita. Tak terlupa pada Alfred Riedl, yang kedisiplinan serta ketegasannya mampu mengantarkan Timnas Garuda meraih prestasi gilang gemilang. Kita masih punya harapan, bergaunglah lagi di Sea Games 2011!
Prestasi ini cukup dan tidak kurang. Kita telah menang secara terhormat, dan publik internasional bisa menilai mana negara yang lebih dewasa, lebih sportif, serta lebih layak untuk disebut sebagai pemenang. Sekali lagi, tidak ada pemenang yang tidak pernah kalah. Inilah pelajaran berharga yang bisa dipetik bangsa Indonesia. Inilah kesatuan dan spirit kebersamaan yang harus terus dijaga, dalam bidang apapun, dalam event apapun.
Untuk para politisi yang berusaha eksis melalui event ini, kami rakyat Indonesia menunggu prestasi Anda dalam membangun negeri ini. Kami hanya berharap semoga tidak ada kasus suap atau skandal yang kembali menjatuhkan wibawa Indonesia di mata dunia. Kami menunggu realisasi janji-janji Anda, bukan sekedar senyum dan jabat tangan di televisi.
Terima kasih untuk rakyat Indonesia, yang memberikan kado akhir tahun yang begitu indah. Akhirnya, dengan bangga saya menyatakan "Saya makin cinta Indonesia!".
Maju terus sepak bola Indonesia!
*) Gambar dipinjam dari sini dan sini
Comments
Post a Comment