Sekelumit tentang Zeolite


Pernah mendengar kata 'zeolite'? Untuk yang pertama kali mendengar, kira-kira apa yang ada di kepala Anda? Senyawa asing yang bisa bikin panjang umur? Material asing dari planet Kryptonite? Salah, zeolite adalah batuan aluminosilikat berpori yang terbentuk dari lava gunung berapi.

Saya sendiri berkenalan dengan material satu ini sejak kurang lebih setahun yang lalu. Ketika saya memutuskan untuk memilih zeolite sebagai topik skripsi saya, saya masih asing dengan batuan hijau satu ini. Namun setelah setahun mempelajari, saya mulai tahu sifat-sifatnya.




Zeolite pertama kali ditemukan oleh seorang ahli mineralogi Swedia bernama Axel Fredrik Cornstedt pada tahun 1756. Nama 'zeolite' berasal dari dua kata Greek, ζέω (zeō), yang artinya "mendidih" dan λίθος (lithos), yang berarti "batu". Sampai saat ini telah ditemukan 194 kerangka zeolite yang unik, dan lebih dari 40 kerangka zeolite alam telah dikenal. Beberapa zeolite yang terkenal antara lain: analcime, chabazite, clinoptilolite, heulandite, natrolite, mordenite, dan stilbite.

Zeolite memiliki beberapa sifat seperti absorben, ion-exchange resin, dan katalis. Dalam skripsi saya, penekanannya lebih pada sifat zeolite sebagai katalis. Sifat zeolite yang dapat dimodifikasi sesuai aplikasi yang diinginkan membuat zeolite menjadi bahan yang populer dalam industri. Baik sebagai penjernih (molecular sieve), penukar ion, maupun katalis. Pemanfaatan zeolite pun meliputi berbagai bidang diantaranya industri petrokimia, industri nuklir, deterjen, bahan konstruksi, suplemen nutrisi dalam medis, bidang pertanian, dan pet care (penjernih air akuarium etc).

Komponen utama penyusun zeolite adalah silicone (Si) dan allumunium (Al). Kedua unsur ini berikatan dengan oksigen dan unsur alkali/alkali tanah membentuk beraneka jenis kerangka. Adanya pori dalam kerangka zeolite membuatnya disebut sebagai material yang porous dan dikategorikan ke dalam 3 golongan berdasarkan besar porinya: micropore, mezopore, dan macropore.

Di mata saya, zeolite adalah batuan yang rumit. Jangan bayangkan dari susunan kerangka molekulernya. Dari sifat fisiknya yang keras saja cukup membuat saya dan partner skripsi saya, Ricky Indra K kewalahan dalam memecah batuan zeolite (yang ukurannya bisa mencapai sebesar paha) menjadi partikel yang lebih kecil. Belum lagi harus dicrush hingga ukuran 170-240 mesh dengan mortar (doang). Belum lagi sifatnya sebagai absorben yang mudah menyerap partikel air dari udara bebas. Dia harus stay di dalam oven atau desikator hanya untuk menghindari uap air. Tapi dari sekian banyak kesulitan-kesulitan yang kami hadapi, kami cukup puas telah memilih zeolite sebagai materi skripsi kami. Banyak hal terkait zeolite yang kami ketahui setelah proyek ini. Banyak info-info yang kami dapatkan dari setiap kali praktikum di lab. Kami bersyukur karena mendapat pengetahuan lebih banyak tentang batuan satu ini, yang kelak berguna secara langsung maupun tidak langsung bagi bidang pekerjaan yang kami geluti.

Sekian sekelumit info dan keluh kesah saya tentang zeolite. Semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan Anda.

P.S.: Artikel ini tidak ditujukan sebagai rujukan atau referensi ilmiah.





*) Gambar zeolite dipinjam dari sini

Comments

  1. wahhh..
    terimakasih teman....
    sanagt membantu...
    katalis yang saya gunakan Zeolite

    ReplyDelete
  2. Info bagi yang membutuhkan zeolite, silakan menghubungi alamat di atas

    P.S: saya tidak berafiliasi secara komersil dengan produk/jasa tersebut di atas

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts