Tentang Doa


Suatu hari saya pernah berharap tidak akan jatuh cinta lagi. Dengan demikian saya terhindar dari pasang surut dan drama perpisahan yang menyakitkan. Karena konon setiap pertemuan selalu ada perpisahan yang lambat laun akan menyertai. Namun nyatanya nasib tidak sengaja mempertemukan saya dengan seseorang yang membuat saya jatuh cinta lagi. Di pagi hari 26 Oktober 2017 ada energi yang mendorong saya untuk mengirim pesan pada orang itu. Pesan berbalas pesan yang akhirnya diiringi peristiwa-peristiwa dan sederet kenangan lain. Sejak saat itu, tiket bus, pom bensin, dan durian mendadak memiliki arti spesial dalam hidup saya.

Di musim hujan November 2017 saya memberanikan diri untuk membuka hati lagi. Tiba-tiba dia terpeleset dan jatuh ke dalam hidup saya dan saya pun membiarkan diri jatuh dalam hidupnya. Saat itu ada keyakinan bahwa dia adalah yang terakhir, bahwa kali ini adalah cinta saya yang terakhir kalinya.

Untuk itu saya lalu berdoa, meminta untuk sekali ini saja, untuk satu orang ini saja, saya tidak akan pernah merasakan perpisahan. Namun hidup tak semudah itu, segera setelah serangkaian manis gula-gula jatuh cinta yang penuh tawa, kami harus berpisah 3592 kilometer selama 3 bulan. Saya tidak pernah ragu dan waktu 3 bulan akan berlalu sekedip mata. Bahwa ini hanya sementara dan ketika saatnya tiba, dia akan kembali. Akan ada hal-hal baik yang menunggu setelah ini terlewati.

Akhirnya dia kembali. Dan sejak saat itu hidup saya berjalan dengan ritme berbeda. Ada seseorang yang setiap pagi menyambut sapaan selamat pagi saya dan menutup hari dengan selamat malam. Waktu 3 tahun lebih berjalan, banyak halangan dan manis pahit yang terjadi. Banyak yang datang dan pergi dari hidup saya tapi dia tetap ada. Eksistensinya membuat saya tetap bertahan dan bersemangat bahkan di hari-hari yang berat.

Diam-diam saya memupuk ketakutan untuk ditinggalkan, dan seiring berjalannya waktu, seiring bertumbuhnya perasaan saya padanya yang makin kuat, semakin saya takut. Sudah banyak orang-orang yang meninggalkan saya baik secara sengaja maupun karena jalan hidup yang mengharuskan perpisahan itu terjadi. Saya takut jika suatu hari saya menjalani hari tanpa dirinya. Saya masih berdoa bahwa hari itu tidak akan pernah hadir. Untuk sekali ini saja saya berharap, untuk satu orang ini saja saya memohon kepada semesta. Barangkali doa saya kali ini egois tapi saya yakin sosoknya adalah jawaban dari doa-doa sebelumnya.

Saya kembali berdoa jika memang dia adalah orang yang ditakdirkan untuk jadi yang terakhir, semoga dia diberikan kekuatan dan hati yang sangat-sangat lapang untuk menghadapi saya yang keras kepala. Mampu menerima kekurangan dan kelebihan saya, dan dosis toleransi yang agak lebih. Semoga dia tidak meninggalkan saya apapun yang terjadi dalam hidup saya. Meskipun saya tahu dia juga punya kehendak bebas untuk memilih apa yang terbaik untuk hidupnya.

Sampai pada suatu waktu, kami akan berpisah kembali dalam keadaan yang tak semulus 2017. Beberapa kali dia bilang ingin mundur dari hidup saya. Dalam marahnya dia mengirim pesan bawa sebentar lagi akan pergi, tidak akan mengganggu waktuku lagi, dan doakan aja tidak akan kembali lagi. Membacanya di pagi buta seolah-olah petir menyambar. Untuk pertama kalinya saya merasakan sakit yang menyesakkan. Saya merasa waktu terhenti dan pengap menyergap. Ketakutan itu semerta-merta menyelimuti saya lagi. Barangkali ini kesalahan saya yang tak mampu menjelaskan dan meluruskan lagi kesalahpahaman yang belakangan terjadi. Barangkali dia lupa bahwa saya juga bisa terluka. Barangkali dia memang sengaja melukai saya dan menyerang titik terlemah saya tentang ditinggalkan. Namun untuk apa. Berbagai pikiran tiba-tiba menyerbu dan mengelilingi saya. Saya merasa penat hingga tak tahu lagi harus berbuat apa.

Di satu titik dalam perenungan saya, saya teringat hadiah yang pernah diberikannya. Sebuah kotak berisi amplop yang hanya boleh saya buka ketika saya berpikir untuk menyerah. Di detik ketika saya mau membukanya, saya jadi berpikir ulang. Apakah saya harus menyerah sekarang, apakah saya yang harus membebaskannya dari kutukan doa saya, apakah dia bukan seseorang yang terakhir?

Untuk itu saya menutup lagi kotak itu sambil berdoa.

Kalau pesan semacam itu saja membuat saya kehilangan semangat dan merasakan sakit yang amat dalam, tak terbayang bagaimana rasanya kehilangan dia. Dia yang pernah protes bahwa namanya tak pernah tertulis dalam blog ini dan dalam cerita-cerita yang saya tulis. Dia yang senyumnya membuat saya jadi orang paling beruntung di dunia. Dia yang cemberut dan diamnya saja membuat saya puas hanya karena eksistensinya. Dia yang memunculkan hal-hal baik dalam diri saya dan membuat saya lebih percaya diri dalam menghadapi apapun. Dia yang diam-diam menjadi batu tumpuan dan tujuan hidup saya. Dia yang namanya selalu muncul setiap saya bangun pagi dan menjelang tidur. 

Dia, yang namanya selalu saya sebut dalam doa.

Bagaimana bisa saya kehilangan dia?



Comments

Popular Posts