Kutukan Jordan


Di suatu hari yang kelabu, Tania datang tiba-tiba padanya membawa gletser bergunung-gunung.
Bongkahan yang terakumulasi dalam hatinya akhirnya meleleh luruh di depan mata Jordan, menimbulkan gemuruh gelombang dahsyat yang bahkan Jordan tak sanggup menghadapinya.

Jordan membeku dalam diam. Tanpa bisa berkata-kata ia hanya bisa merasakan lelehan gletser bertransformasi menjadi pisau-pisau es yang menusuk hatinya. Namun Jordan dikutuk untuk diam. Kutukan yang membuatnya tak bisa berkata apa-apa meskipun hatinya ingin berteriak. Ia hanya lelaki bodoh yang tak tahu bagaimana menghibur seseorang. Jordan tak tahu apa yang harus dikatakan saat Tania menangis di depannya. Ia hanya bisa diam ketika gunung es Antartika runtuh menembus Samudra Atlantik. Meskipun air laut naik ke permukaan dan banjir menyapu pesisir.

Perlahan Jordan berusaha menyalakan api sekedar menghangatkan. Api sebesar lilin yang menghadirkan hangat meskipun tak sanggup mengalahkan badai. Ia tahu usahanya tak akan sia-sia.

Ia ingin bilang hari tak akan selalu kelabu. Sekelam apapun malam, esok matahari masih akan terbit. Sedahsyat apapun badai, pasti akan berlalu. Namun bibirnya tetap terkatup. Kutukan itu rupanya ampuh membungkam mulutnya.

Jordan tahu ada sesuatu dalam hatinya yang selalu berpendar hangat hanya untuk Tania, tapi ia dikutuk sehingga tak dapat menyatakan perasaannya. Semakin ia berusaha, semakin ia terjebak dalam labirin perasaan yang makin rumit menjerat hatinya.

Ketika tangan Tania meraih genggamannya, Jordan hanya bisa berharap denyut nadinya menyampaikan perasaanya pada Tania. Dan ketika ia merasakan hangat yang mengalir dari tangan Tania, ia selalu tahu bahwa rasa itu memang ada.

Lewat isyarat, Jordan ingin menemani Tania melewati badai hingga berlalu menipis menjadi angin lembut musim dingin. Sekedar hadir, sekedar ada untuk berbagi badai dan Ia yakin Tania memahami perasaannya lewat hangat yang merambat. Hangat yang mengalir lewat vena dan akhirnya terakumulasi dalam hatinya.


Ketika akhirnya badai itu berlalu, Jordan menyadari dirinya meleleh ketika senyuman Tania terbit. Di detik itu, ia ingin semuanya kembali membeku dan abadi.



Comments

Popular Posts