Joshua Menjemput Feromon ke Melbourne






Joshua tak pernah terpikir akan kembali ke Melbourne.

Namun begitu aroma eucalyptus menyerbu pernapasannya, ia sadar kini ia telah mendarat di Tullamarine. Aroma musim semi masih sama seperti yang ia ingat. Murraya paniculata mulai berbunga putih bagai kepal salju, beberapa kali tampak oleh ekor matanya dalam perjalanan dari bandara ke Southern Cross Station.

Dalam lembaran yang mulai kusut itu tertulis namanya. Decoding Pheromone Activities judul seminarnya, tak lupa logo The University of Melbourne tercantum di kanan atas.

‘Melbourne lagi,’ pikirnya.

Enam jam dihabiskannya duduk di pesawat, menyeberangi samudera melintasi 3 zona waktu. Sepuluh tahun sejak terakhir kali ia meninggalkan Melbourne dan kini ia harus kembali lagi untuk presentasi jurnal mengenai pengaruh feromon pada perkembangbiakan khamir. Kini Joshua tahu, satu dekade bisa mengembang dan mengempis seperti teori Arthur Eddington. Waktu mungkin hanya eksis dalam pikiran kita.

Sepuluh tahun yang lalu ada yang menemaninya di Melbourne. Ada masa lalu yang tercetak di grafiti-grafiti Hosier Lane, ada kenangan yang menempel di tepian Sungai Yarra, ada cerita-cerita yang terjalin di Parville.

Kini ia berharap kenangan itu tetap beku. Namun begitu ia melihat dafodil bermekaran di South Lawn, perlahan Joshua merasakan lumer yang hangat dalam hatinya. 
Dan ia tidak siap untuk itu.


... to be continued...

Comments

Popular Posts