Lelaki yang Jatuh Cinta Diam-diam



Bagi seorang introvert-melankolis-plegmatis seperti saya, jatuh cinta adalah kutukan.

Seorang introvert tentu saja memiliki lingkaran pergaulan yang terbatas. Hari-hari kami cenderung sepi, diisi oleh segelintir teman dekat, teman sekelas, rekan kerja dalam satu kantor. Masalah main hati ini biasanya akan muncul ketika seseorang di dalam lingkaran itu rupanya menarik perhatian kami. Lebih-lebih jika sosok yang menarik itu rupanya cewek manis, periang, dan ramah pada semua orang.

Si introvert dibarengi dengan sifat melankolis tentu saja lebih parah, kami sering kali sibuk dengan pikiran-pikiran dan imajinasi sendiri tanpa mampu mengungkapkan. Seandainya begini, seandainya begitu. Kepala kami dipenuhi skenario rencana A, B, dan C hingga Z sekaligus memikirkan sebab akibat dan mencari solusi. Kami memperhatikan dengan diam-diam, stalking social medianya, mencari tahu sendiri apa hobi dan kesukaannya, apa kebiasaanya, lalu berusaha dekat lewat jalur-jalur tersebut. Setelah akhirnya dekat dan muncul tanggapan-tanggapan positif, kami cenderung kege-eran lalu sibuk dengan pemikiran: 
"Kenapa dia rajin menyapaku setiap pagi?"
"Apakah dia menyadari keberadaanku?"
"Apakah dia tahu aku memperhatikannya?"
"Kenapa dia memutukan untuk duduk di sampingku saat makan siang?"
"Apakah dia merasakan yang sama?"

Makin runyam jadinya jika dibarengi dengan melankolis-plegmatis. Di luaran, kami berubah menjadi sosok yang sulit dibaca, kelihatan dingin dan cuek. Perhatian yang kami berikan pun standar-standar saja dan si cewek biasanya menanggapi dengan biasa-biasa saja. Lalu seiring berjalannya waktu kami galau sendiri, sementara berharap si cewek lebih peka.

Sebagai lelaki yang jatuh cinta diam-diam, kami hanya bisa berharap, hanya bisa menebak-nebak dan mencari kode-kode, hanya bisa menunggu tanpa berani melakukan usaha atau mengungkapkan saja yang sebenarnya kami rasakan. Kami cenderung cari aman, takut kalau-kalau jatuh cinta ini hanya bertepuk sebelah tangan, lalu si cewek akan menjauh karena risih. Kami cenderung diam dalam status quo.

Celakanya jika si cewek rupanya jatuh cinta dengan orang lain. Saat-saat ketika kami sadar bahwa tanggapan yang diberikan si cewek rupanya memang karena sifatnya yang baik pada semua orang. Kami akan terpuruk sendirian, meratapi kepengecutan kami yang tak mampu mengungkapkan rasa, berharap waktu dapat diputar kembali, dan akhirnya putus asa membawa kami pada level tertentu, kami seringkali menyalahkan si cewek sebagai pemberi harapan palsu.

Sampai akhirnya si cewek ini pacaran dengan cowok lain, kami pun enggan melepaskan perasaan yang sudah terlanjur berkembang. Tak rela membuang bunga yang sudah dirawat sejak berupa biji. Kami masih sibuk sendiri menentukan sikap untuk menempatkan diri: haruskah menjauh atau tetap dekat dan hadir ketika dibutuhkan. Munculah frase “jatuh cinta tak harus memiliki”. Plegmatis yang cinta damai tentu saja akan main aman, kami akan puas hanya sekedar mencintai tanpa perlu balasan, karena capek berharap dan kenyataan rupanya tidak sesuai dengan keinginan kita.

Titik tertinggi dari mencintai diam-diam adalah mendoakan, mendoakan untuk kebahagiaannya, sekaligus mendoakan agar kita mampu merelakan dan mencari kebahagiaan kita sendiri.

Seorang introvert-melanakolis-plegmatis memang dikutuk untuk menjalani jatuh cinta diam-diam semacam itu. Hanya waktu dan pengalaman dan proses jatuh bangun berkali-kali yang mampu mendewasakan dan memberikan pencerahan. Kami sendiri yang bisa memutuskan sampai kapan kami bisa berani mengakui dan berbicara terus terang saja, tanpa banyak drama, tanpa banyak berpikir ini dan itu, tanpa perlu mengulur waktu hingga akhirnya terlambat. Hanya kita yang mampu menentukan, bukan orang lain.

13032018 - 27032018

Artikel ini ditulis untuk seseorang di luar sana yang masih galau dan berharap dimengerti: Berharap memang boleh, tapi ada batasnya dan jangan sampai kita terlarut menyirami bunga yang sudah mati.

Kutipan dari “Marmut Merah Jambu”-nya Raditya Dika:

“Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh. 
Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan. 
Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.”


Comments

Popular Posts