Tunggul yang 'Banyak Laga'
Dia orang Cilincing pertama yang saya kenal. Manusia termuda dari gerombolan kami yang berjumlah 19 orang. Meski termuda, ukuran tubuhnya termasuk semampai. Namanya Tunggul. Pertama kali mendengar namanya saya tersenyum. Namanya klasik, mengingatkan saya pada Tunggul Ametung di sinetron laga. Ia orang Batak asli Jakarta.
Nama lengkapnya Tunggul Anggi Hasiholan, yang kadang secara sengaja kami pelesetkan menjadi Hasilohan. Lambat laun saya paham bahwa namanya berarti anak yang paling disayang. Sesuai namanya yang cocok untuk peran-peran laga, Homo sapiens satu ini cukup banyak tingkah. Saya seringkali menyebutnya 'banyak laga'.
Memori saya tentangnya dimulai dari hari pertama kami berkumpul. Badanya tinggi, bajunya kemeja kotak-kotak warna merah. Ia memperkenalkan diri sebagai lulusan STT PLN. Si electroman ini muncul ibarat tiang listrik, dengan rambut keriting acak-acakan seperti Einstein. Selama beberapa waktu lamanya saya segan untuk menyapa anak kota satu ini. Saya pikir dia sombong. Ternyata saya salah.
Saya lupa kapan pertama kali kami saling tegur sapa. Mungkin saat Mental Building. Yang jelas, ada suatu saat dia membuat saya jengkel setengah mati. Cara bicaranya sok tau, gerak-geriknya menjengkelkan. Lama kelamaan kejengkelan itu menumpuk.
Perlahan-lahan akhirnya saya paham bahwa tingkah lakunya tak selaras dengan bentuk badannya. Di dalam badan yang 'segede itu', ada jiwa kanak-kanak yang masih manja. Kejengkelan saya pelan-pelan memudar. Saya menganggapnya hanya sekedar 'banyak laga'.
Jika ditelusuri satu-satu, banyak memori yang bisa digali dari manusia satu ini. Mulai dari tas bututnya yang selalu ada di pikiran saya, perkenalannya dengan Mrs J yang konyol dan murahan, logatnya yang Jakarta abis, dan gerakan kaki panjangnya saat pindah bus di Pos 18. Diam-diam saya memperhatikannya. Diam-diam saya pelajari karakter manusia satu ini. Dari ke 18 teman lain, memang dia yang paling di luar jalur. Pemikirannya liar dan kadang tidak masuk akal. Tapi dia unik.
Dia tidak pernah marah walaupun sering saya omeli. Mungkin sesekali ia kesal pada saya, tapi saya yakin ia pemaaf. Manusia banyak laga ini memberi satu pelajaran berarti bagi kehidupan saya. Saya ingat betul kata-katanya dan sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telinga saya: Saat kamu lahir, kamu menangis dan orang lain tertawa. Berusahalah untuk hidup dengan baik agar saat kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang lain di sekelilingmu menangis.
Kata-kata ini membuat saya heran, di balik rambut keritingnya, di balik Tunggul yang banyak laga, ada pesan yang diberikan semesta pada saya lewat manusia satu ini.
Ketika akhirnya dia harus pergi juga, saya sedih. Saya kehilangan orang yang bisa saya ajak bercanda; tentang tingkahnya yang banyak laga, tentang Mrs J yang direbut cowok lain, atau tentang badannya yang bukan tinggi tapi 'gede'. Saya tidak lagi menemukan orang seunik dia. Saya kehilangan.
Saya yakin ke depannya ia akan lebih sukses, karena saya percaya setiap kejadian memiliki tujuan yang baik. Setiap hal sudah direncanakan secara baik oleh semesta. Saya sedih hari ini, karena kehilangan teman untuk diledekin. Saya sedih hari ini, karena orang Cilincing pertama yang saya kenal akan kembali ke Cilincing. Tapi saya yakin saya akan bahagia di hari-hari mendatang, ketika melihatnya lebih sukses daripada saat ini. Saya yakin hari itu akan tiba, karena besok akan lebih baik dari hari ini.
Semoga saya sudah berhasil memenuhi peran saya sebagai teman yang baik. Saya minta maaf kalau selama ini sering meledek. Semoga saya membawa kenangan baik dan perubahan bagi hidup kamu, meskipun kecil namun saya yakin punya makna.
*) Tulisan ini akan jadi salah satu bab di buku esai yang sedang saya tulis: "Destiny, Happiness, and Soy Sauce"
**) Tulisan ini ada di benak saya saat pulang dari bus, dan saya merasa berhutang untuk menyelesaikannya sebelum manusia Cilincing kembali ke Cilincing.
Nama lengkapnya Tunggul Anggi Hasiholan, yang kadang secara sengaja kami pelesetkan menjadi Hasilohan. Lambat laun saya paham bahwa namanya berarti anak yang paling disayang. Sesuai namanya yang cocok untuk peran-peran laga, Homo sapiens satu ini cukup banyak tingkah. Saya seringkali menyebutnya 'banyak laga'.
Memori saya tentangnya dimulai dari hari pertama kami berkumpul. Badanya tinggi, bajunya kemeja kotak-kotak warna merah. Ia memperkenalkan diri sebagai lulusan STT PLN. Si electroman ini muncul ibarat tiang listrik, dengan rambut keriting acak-acakan seperti Einstein. Selama beberapa waktu lamanya saya segan untuk menyapa anak kota satu ini. Saya pikir dia sombong. Ternyata saya salah.
Saya lupa kapan pertama kali kami saling tegur sapa. Mungkin saat Mental Building. Yang jelas, ada suatu saat dia membuat saya jengkel setengah mati. Cara bicaranya sok tau, gerak-geriknya menjengkelkan. Lama kelamaan kejengkelan itu menumpuk.
Perlahan-lahan akhirnya saya paham bahwa tingkah lakunya tak selaras dengan bentuk badannya. Di dalam badan yang 'segede itu', ada jiwa kanak-kanak yang masih manja. Kejengkelan saya pelan-pelan memudar. Saya menganggapnya hanya sekedar 'banyak laga'.
Jika ditelusuri satu-satu, banyak memori yang bisa digali dari manusia satu ini. Mulai dari tas bututnya yang selalu ada di pikiran saya, perkenalannya dengan Mrs J yang konyol dan murahan, logatnya yang Jakarta abis, dan gerakan kaki panjangnya saat pindah bus di Pos 18. Diam-diam saya memperhatikannya. Diam-diam saya pelajari karakter manusia satu ini. Dari ke 18 teman lain, memang dia yang paling di luar jalur. Pemikirannya liar dan kadang tidak masuk akal. Tapi dia unik.
Dia tidak pernah marah walaupun sering saya omeli. Mungkin sesekali ia kesal pada saya, tapi saya yakin ia pemaaf. Manusia banyak laga ini memberi satu pelajaran berarti bagi kehidupan saya. Saya ingat betul kata-katanya dan sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telinga saya: Saat kamu lahir, kamu menangis dan orang lain tertawa. Berusahalah untuk hidup dengan baik agar saat kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang lain di sekelilingmu menangis.
Kata-kata ini membuat saya heran, di balik rambut keritingnya, di balik Tunggul yang banyak laga, ada pesan yang diberikan semesta pada saya lewat manusia satu ini.
Ketika akhirnya dia harus pergi juga, saya sedih. Saya kehilangan orang yang bisa saya ajak bercanda; tentang tingkahnya yang banyak laga, tentang Mrs J yang direbut cowok lain, atau tentang badannya yang bukan tinggi tapi 'gede'. Saya tidak lagi menemukan orang seunik dia. Saya kehilangan.
Saya yakin ke depannya ia akan lebih sukses, karena saya percaya setiap kejadian memiliki tujuan yang baik. Setiap hal sudah direncanakan secara baik oleh semesta. Saya sedih hari ini, karena kehilangan teman untuk diledekin. Saya sedih hari ini, karena orang Cilincing pertama yang saya kenal akan kembali ke Cilincing. Tapi saya yakin saya akan bahagia di hari-hari mendatang, ketika melihatnya lebih sukses daripada saat ini. Saya yakin hari itu akan tiba, karena besok akan lebih baik dari hari ini.
Semoga saya sudah berhasil memenuhi peran saya sebagai teman yang baik. Saya minta maaf kalau selama ini sering meledek. Semoga saya membawa kenangan baik dan perubahan bagi hidup kamu, meskipun kecil namun saya yakin punya makna.
*) Tulisan ini akan jadi salah satu bab di buku esai yang sedang saya tulis: "Destiny, Happiness, and Soy Sauce"
**) Tulisan ini ada di benak saya saat pulang dari bus, dan saya merasa berhutang untuk menyelesaikannya sebelum manusia Cilincing kembali ke Cilincing.
Comments
Post a Comment