Johan Award 2011
Secara umum, tahun 2011
memberikan saya kesempatan untuk mencoba berbagai pengalaman baru, yang secara
tidak langsung mengharuskan saya untuk mengalami berbagai hal. Sebagaimana
tahun-tahun sebelumnya, saya berusaha merangkum berbagai produk/ jasa/ tempat/ karya
seni yang meninggalkan kesan mendalam dalam benak saya. Daftar ini saya
tuliskan berdasarkan apresiasi saya pribadi. Saya tidak dibayar maupun
berafiliasi secara komersil dengan para produsen/ tempat/ penyedia jasa/ produk
yang ada dalam daftar ini.
Inilah daftar panjang
apresiasi saya pada produk/jasa/tempat/karya seni yang saya gunakan/alami
sepanjang tahun 2011:
BUKU FIKSI
KERETA TIDUR – Kumpulan Cerita
oleh Avianti Armand (Gramedia Pustaka Utama, 2011)
Tahun 2009 lalu, berawal dari
ketidaksengajaan saya menemukan sebuah buku berjudul “Negeri Para Peri” (a
Publication, 2009). Buku ini mendobrak jargon ‘don’t judge a book by its cover’.
Sampulnya putih, font judulnya kecil di pojok kiri atas. Nama penulisnya tampil
malu-malu dengan font berukuran 10 pt di bawah tulisan judul. Kebetulan saat
itu stok tinggal 2 buah, satu masih tersegel sampul plastik rapi, yang satunya
lagi sudah terbuka. saya cukup tergoda untuk mengintip halaman-halaman di
baliknya. Lalu saya tercengang.
Buku ini dihiasi foto-foto
serta halaman-halaman ganjil yang jarang saya temui setelah “Rectoverso”-nya
Dee. Yang lebih ganas lagi adalah ramuan kata-katanya yang menyihir, yang
spontan, yang blak-blakan. Hadir sekilas lalu hilang, namun membekas lama.
Tanpa berlama-lama saya segera membawanya ke meja kasir. Harganya cukup
lumayan, Rp 75.000. Orang bilang penasaran harus dibayar dengan mahal. Namun
saya tidak pernah menyesal menghadirkan buku tersebut dalam lemari buku saya. Buat
saya, ini semacam jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tahun berikutnya, nama
Avianti Armand muncul dalam antologi Cerpen Terbaik Kompas 2009 dengan karyanya
yang berjudul “Pada Suatu Hari Ada Ibu dan Radian”. Saya sadar, saya tidak
jatuh cinta pada orang yang salah.
Tahun 2011, berawal dari
keisengan membuka website penerbit Gramedia, saya menemukan buku “Kereta Tidur”
di list segera terbit. Penulisnya sama, Avianti Armand, yang dari buku
pertamanya saya tahu bahwa ia adalah seorang arsitek. Mendadak perasaan yang
sama hadir lagi. Penasaran. Berminggu-minggu saya menanti terbitnya buku
tersebut, lalu cepat-cepat memburunya ke toko buku. Saya cukup kesulitan
menemukan buku bersampul hitam tersebut, yang akhirnya saya temukan di deretan
rak kategori sastra paling bawah, berhimpitan dengan buku-buku lain. Tak perlu
lagi pikir seribu kali, segera saya membawanya pulang.
Lagi-lagi saya tercengang.
Membicarakan prosa-prosa Avianti Armand adalah berbicara tentang pemilihan
kosakata, ketepatan ritme, serta efek twist di akhir cerita. Bagi yang belum
pernah membaca, saya rekomendasikan untuk mencoba. Berikut sepenggal paragraf
yang saya kutip dari cerita berjudul “Kereta Tidur”:
Titik didih tak bergeser ke mana-mana. Suara itu hanya menandai pagi yang terlalu dini. Jejak uap air tertera di jendela dapur yang dingin- berderet, seperti catatan-catatan kecil pada kaki halaman. Lampu di bawah kabinet bergetar lembut dengan dengung yang sayup...
BUKU NONFIKSI
THE GRAND DESIGN – Stephen W.
Hawking and Leonard Mlodinow (Bantam, Random House 2010)
Karena proyek science fiction
yang sedang saya kerjakan, saya meluangkan banyak waktu untuk membaca buku-buku
referensi, salah satunya adalah “The Grand Design”. Subtitlenya cukup menarik: “Kapan
dan bagaimana alam semesta bermula? Mengapa kita ada di dunia ini? Bagaimana
campur tangan Tuhan dalam rancang agung alam semesta?”.
Pembahasannya dari kacamata
fisika klasik, Newtonian, hingga fisika kuantum. Bab tentang realitas dan
alternatif history cukup membantu saya memberikan gambaran mengenai proyek yang
saya kerjakan. Cukup recommended, tapi mungkin agak susah dicerna oleh orang
yang awam terhadap fisika.
Buku lain yang sedang saya
baca adalah “The World Without Us” (Alan Weisman - Thomas Dunne Books 2010)
serta “Hot, Flat, and Crowded” (Thomas L. Friedman - Farrar, Straus and Giroux,
2008).
FILM
NORWEGIAN WOOD – Director Anh
Hung Tran - Based on the novel by Haruki Murakami
Saya penggemar Murakami.
Ketika ada berita bahwa Norwegian Wood bakal difilmkan, saya histeris. Tapi
saya agak ragu dengan jalan cerita versi filmnya. Bagaimana novel setebal itu
diadaptasi menjadi durasi film sinema yang rata-rata 1,5 hingga 2 jam. Tapi saya
tetap menanti. Setelah film ini direlease, saya cukup puas. Beberapa bagian
cerita memang hilang dan ada yang terkesan dipersingkat. Tapi untuk ide utama
cerita sudah cukup tersampaikan. Apalagi ditambah pemandangan serta efek kamera
yang aduhai. Film ini saya nobatkan sebagai film terbaik tahun ini.
PELAYANAN PUBLIK
BAGIAN PERSONALIA PT.
VITAPHARM
Untuk keperluan internship,
saya sempat menghubungi beberapa pabrik di kawasan Surabaya dan sekitanya
(total 14 pabrik). Dari berbagai percakapan melalui telepon, surat menyurat pos
maupun email, atau pun pertemuan langsung, saya cukup dibuat jengkel pada
beberapa personalia/ resepsionis yang berbelit-belit.
Beberapa industri menuntut
saya untuk follow up setiap minggu, lalu berakhir dengan janji ‘nanti akan kami
hubungi’. Tapi setelah ditunggu lama, tak ada kabar baik melalui telepon,
email, maupun surat tertulis. Buntutnya, mereka menolak, tanpa alasan pula.
Lain lagi dengan salah satu
pabrik, yang dari awal menerima proposal kami dengan baik. Lalu ujung-ujungnya
ngomel ketika saya telepon untuk follow up: “Pokoknya nggak bisa, nanti kami
yang repot”. Pabrik satu lagi malah marah-marah karena mungkin kurangnya
komunikasi di kalangan personalia: “Kenapa menghubungi saya? Sudah tanya Ibu X?
Kalau belum, tanya dulu ke sana. Gubrak!!!” Telepon ditutup.
Dari sekian banyak industri
yang saya hubungi, PT. Vitapharm adalah salah satu yang terbaik. Resepsionisnya
ramah, bagian personalianya penuh perhatian dalam menjelaskan serta menanggapi
permintaan. Mereka juga memberikan jawaban dalam waktu sesuai janji dan tidak
berbelit-belit. Meskipun akhirnya saya ditolak untuk internship disana, mereka
memberikan penjelasan yang dapat diterima. Dan yang terpenting adalah cara
penyampaiannya yang ramah dan perhatian.
Mungkin yang harus
diperhatikan adalah bagaimana cara pandang kita dalam menganggap orang lain
penting. Saya paham mungkin proposal saya berada di prioritas paling akhir dari
kacamata perusahaan. Namun dari kacamata saya saat itu, proposal itu berada pada
prioritas paling utama dan berpengaruh pada bidang akademik saya. Semoga bagian
personalia PT. Vitapharm dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasinya dan
menjadi panutan bagi personalia perusahaan lain.
MAKANAN
SOTO AYAM SEMARANG PAK NO –
Jalan Kenjeran, Surabaya
Kalau mampir di Surabaya,
sempatkan mampir di Jalan Kenjeran untuk menikmati soto Semarang ala Pak No.
Lho kok? Iya, soto Semarang di Surabaya bisa dibilang barang langka. Memang
banyak yang memasang label/ spanduk dengan tulisan Soto Semarang, tapi jarang
ada yang benar-benar asli Semarang.
Soto ayam Pak No terletak di pinggir Jalan Kenjeran. Daerah Lebak Arum. Warungnya tidak luas, tapi nyaman, dengan penerangan baik dan kebersihan yang terjaga. Penjualnya bapak-ibu muda asal Purwodadi yang sudah 4 tahun tinggal di Surabaya. Selain soto, warung ini juga menyediakan sate telur puyuh, sate kerang, tempe, perkedel, kerupuk sebagai teman makan soto. Harganya terjangkau dan pelayanannya ramah. Buka setiap sore hingga malam kecuali hari Selasa.
NASI IBU EHA – Pasar Cihapit,
Bandung
Apa yang membuat saya
keluyuran di tengah kota Bandung sambil jalan kaki, lalu bela-belain menerobos
ke dalam Pasar Cihapit? Tak lain tak bukan adalah rasa penasaran saya pada nasi
Ibu Eha yang katanya tak ada duanya. Diam-diam saya ingin membuktikannya.
Awalnya saya ragu tentang
lokasi warung ini. Tapi setelah tanya-tanya, ibu-ibu pedagang Pasar Cihapit
memberikan navigasi yang cukup manjur. Datanglah saya ke warung Ibu Eha.
Suasananya vintage ala tahun 1960an, foto yang dipasang pun bertema jadul
dengan foto Presiden Soekarno yang masih terpasang. Penjaga warungnya adalah
ibu-ibu, dengan dipimpin oleh Ibu Eha yang paling sepuh. Disini tersedia
beraneka macam makanan Sunda, mulai lalapan singkong, sambal dadak, hingga
tahu-tempe.
Makanan sederhana, warung
sederhana, tapi kesan yang begitu mendalam membuat saya ingin datang lagi dan
lagi. Salah satu yang tak terlupakan adalah aksen Sunda Ibu Eha yang kurang
lancar berbahasa Indonesia. Bagi orang Bandung, bersyukurlah Anda memiliki
surga kecil di tengah kota.
WRITING SOFTWARE
OMMWRITER – Herraiz Soto
& Co
Saya bukan orang yang
pilih-pilih terhadap software untuk menulis, Notepad dan Wordpad pun sudah
cukup. Tapi apa salahnya mencoba sesuatu yang baru. Berawal dari kasak-kusuk di
internet mengenai software baru untuk mengurangi distraksi saat menulis, saya
berkenalan dengan Ommwriter. Awalnya saya menggunakan Ommwriter untuk menulis
beberapa proyek cerpen. Lama kelamaan, saya iseng dan mencoba untuk mengerjakan
skripsi menggunakan Ommwriter. Kekurangannya hanyalah pada pengaturannya yang
sederhana.
Versi free untuk Ommwriter
Dana I bisa diunduh langsung dari websitenya. Untuk versi berbayar yakni
Ommwriter Dana II bisa didapatkan dengan harga tertentu. Software ini
sederhana, pengaturan toolsnya tidak sekompleks Microsoft Word atau iWork.
Bahkan lebih sederhana dibandingkan Notepad. Tapi tampilannya? Memukau! Semua
icon dan menu mendadak hilang ketika Anda mulai menulis. Ditambah lagi efek
suara air mengalir, hujan turun, atau suara burung berkicau. Fontnya pun bisa
diganti jenis dan ukurannya, meski masih terbatas tapi cukup oke.
Bagi para penulis yang kesulitan
menghilangkan distraksi, segera coba Ommwriter, kini sudah tersedia versi untuk
PC dan iPad.
*) Gambar dipinjam dari berbagai sumber, link pada masing-masing gambar
**) Foto nasi Ibu Eha merupakan dokumentasi pribadi
Comments
Post a Comment