Catatan tentang Teknik Kimia (Part V)
"Sampai dimana?"
Adalah kalimat pertama yang ditanyakan Papa saya ketika saya pulang liburan. Dari dua kata itu saya menyadari bahwa perjalanan ini hampir sampai pada ujungnya. Tiga tahun yang saya geluti bersama Teknik Kimia, akhirnya akan berujung pada sebuah muara yang telah saya impikan sejak lama.
Perjalanan ini, yang akhirnya membawa berbagai kisah sejak awal dimulainya, telah mencapai usia yang tak lagi pendek. Banyak yang terjadi selama semester ini. Skripsi yang setengah jalan, jam kuliah yang mulai longgar, berbagai kesibukan dan tugas yang tak pernah surut, serta hal-hal lain yang mengisi setiap hari sepanjang setengah tahun ini.
Sepanjang semester ini saya fokus pada bidang akademik saya, meninggalkan beberapa hal lain yang menjadi hobi saya --termasuk menulis. Ada beberapa hal yang membutuhkan prioritas lebih dibanding yang lainnya, maka saya menyadari bagaimana manajemen prioritas akan menentukan hasil yang akan saya dapatkan.
Semester VI berujung pada nilai IPK saya yang meningkat. Setelah sebelumnya terseok-seok dengan nilai IPK yang terus menurun, pada semester ini semangat saya mulai bangkit lagi. Cinta saya pada Kimia tumbuh kembali.
Mungkin karena saya mulai menyadari bahwa perjalanan akademik saya tidak akan lama lagi selesai. Pernah ada yang mengistilahkan demikian: pada saat hendak menutup pindu, mendadak ruang yang akan kita tinggalkan memunculkan keindahan yang entah sebelumnya bersembunyi dimana. Ya, pada saat kita sadar sesuatu akan berakhir, kita akan menyadari keindahan yang tersembunyi di balik sebuah peristiwa.
Di saat kita mulai terbiasa dan menemukan keakraban dengan suatu hal, diri kita yang lain enggan meninggalkannya. Mungkin itu mekanisme hidup. Saya tidak yakin tentang satu itu.
Banyak hal yang saya amati sepanjang enam bulan ini, bagaimana hasil yang kita dapat ditentukan dari seberapa besar perjuangan kita untuk meraihnya. Hal-hal kecil lain mulai menampakkan diri. Teman-teman yang telah berjuang bersama selama tiga tahun ini, para dosen yang mungkin sudah mulai bosan dengan angkatan kami, jam kuliah siang yang menjemukan, serta bahan kuliah yang membosankan, tak lupa tugas seabrek yang bisa bikin tangan tremor.
Hal-hal kecil itu, yang nantinya akan kita ingat ketika perjalanan ini usai, ketika pintu harus ditutup dan pendar lampu harus dimatikan. Hal-hal kecil itu, yang semester depan akan tertinggal sebagai kenangan. Entah kita akan merasa rindu atau bahkan lega telah mengakhirinya.
Semester ini adalah semester terakhir saya kuliah dalam suasana formal --dosen menerangkan dan mahasiswa yang mendengarkan. Semester depan adalah saatnya saya untuk praktek: menyelesaikan skripsi, kerja praktek, serta tugas akhir pra rencana pabrik.
Banyak pikiran yang saya curahkan untuk proyek praktikum skripsi pada semester ini. Dari penelitian ini saya mendapatkan banyak hal, yang secara langsung maupun tidak langsung membentuk sudut pandang pemikiran yang lebih luas. Karena proyek ini dikerjakan oleh dua orang --saya bersama teman saya, Ricky Indra-- saya belajar bagaimana menghargai pendapat orang lain, serta berusaha membawa setiap perbedaan dalam diskusi-diskusi untuk mencari jalan keluar. Berbagai macam kegagalan yang kami hadapi, termasuk kesalahan prosedur dan material, telah membantu kami untuk lebih memahami apa yang kami teliti. Bukankah kita belajar dari kegagalan? Skripsi saya mengenai katalis, telah sampai pada titik tengahnya. Data praktikum telah selesai terkumpul, yang tersisa hanya pembahasan dan diskusi mengenai data-data tersebut.
"Sampai dimana?"
Adalah kalimat yang tak akan pernah terjawab. Karena pada detik kita menjawabnya, kita telah maju selangkah. Yang harus kita tanyakan pada diri sendiri adalah: "What will I do next?"
Dari pertanyaan itu, kita akan mengisi hari-hari ke depan dengan perencanaan yang lebih matang dan semangat yang baru.
*Gambar dipinjam dari sini
Comments
Post a Comment