Memahami Fenomena ‘Dari Temen Jadi Demen’
Banyak orang menyangsikan persahabatan sejati antara pria dengan wanita. Seberapa banyak persahabatan jenis ini yang mampu bertahan? Mungkin hanya sedikit. Pepatah Jawa mengatakan, witing tresno jalaran saka kulino. Suatu hari ia hanya jadi teman, lalu berlanjut sebagai sahabat tempat mencurahkan segala isi hati. Tapi di kemudian hari, ternyata dia juga layak dijadikan pacar.
Pernahkah Anda bersahabat begitu dekat dengan lawan jenis? Pernahkah Anda membayangkan berada dalam pelukannya sebagai pacar? Atau secara kebetulan Anda berdua saling bertatapan dan seketika tahu sedang memikirkan hal yang sama? Wah, kalau ini terjadi, sepertinya Anda terkena sambaran Petir Cinta. Kalau Anda merasakannya, itu bukan cinta pada pandangan pertama, tetapi percintaan Monica dan Chandler dalam serial Friends. Banyak pakar hubungan asmara berpendapat hubungan cinta semacam inilah yang terbaik.
“Saya sebut love’s wake-up call, ketika teman berganti menjadi pasangan,” ungkap Mira Kirshenbaum, psikoterapis dan penulis buku Women and Love (HarperCollins). “Orang yang mendengar wake-up call seperti ini bisa menganggap diri mereka beruntung. Kenapa? Jika Anda mengenal sejak awal dan saling menghargai satu sama lain, Anda sudah punya modal kuat untuk sebuah hubungan asmara.”
Terdengar hebat kan? Tapi bagaimana Petir Cinta ini menyambar? Dan mengapa bisa terjadi? Bisakah Anda membuatnya terjadi? Atau Anda perlu menunggu takdir ikut campur? Coba simak pendapat beberapa pakar berikut, dari konselor, ahli reproduksi biologis, paranormal, dan beberapa orang yang mengalaminya.
Benarkah ini terjadi lantaran apa yang ada dalam kepala Anda?
Mengingat Petir Cinta berkaitan erat dengan kekuatan tak tampak, tak heran jika kita mendengar paranormal ikut mengemukakan teori mengenai fenomena ini.
“Kita bisa mengalami sesuatu yang dinamakan vibrasi twin-soul, kekuatan emosi yang menakdirkan kita bersama seseorang,” begitu ungkap Maria Papapetros, warga New York City yang kekuatan intuisinya banyak dipercaya klien-kliennya seperti aktris Demi Moore dan Goldie Hawn. “Anda mungkin mengenali orang ini dalam kehidupan sebelumnya,” lanjut Papapetros.
Tapi jika dia memang pasangan sejiwa kita, mengapa dia tidak mengalirkan getar-getar khusus saat pertama kali berjumpa?
Papapetros yakin, Anda tak akan bisa memilih vibrasi sampai Anda dan calon si dia telah menjalani berbagai masalah yang behubungan dengan keintiman. “Ketika Anda dan si dia bisa lebih saling percaya,” katanya.
“Anda akan melepas selubung pertahanan masing-masing dan bisa saling melihat seperti apa adanya.”
Bahkan jika ini harus berlangsung bertahun-tahun, hasilnya layak ditunggu. Nah, apa yang terjadi seandainya Anda mengetahui perasaan Anda tapi tidak ada satu pun pertanda dari si dia? Apakah perasaan macam begini beresiko terhadap persahabatan? Papapetros hanya berujar, “Jika persahabatan ini benar-benar bagus, tak akan ada yang bisa mengubahnya.”
Kedengaran meyakinkan, tapi benarkah terjadi?
Sarah, penari, sudah berteman selama 2 tahun dengan Toni. Pada suatu sore, saat mereka berdua sedang asyik menikmati acara televisi kegemaran mereka, tiba-tiba saja Sarah ingin bermanja-manja. Gayung bersambut tatkala Toni mengelus-elus rambutnya.
“Dia membiarkan saya membelai rambutnya saat itu,” kenang Toni.
“Dan kami merasa sangat rileks. Ada perasaan nyaman,” sambung Sarah. Dari situ kemudian hubungan mereka berlanjut.
Penjelasan Biologis
Menemukan pasangan sejiwa setelah mengangkat selubung pertahanan psikologis hanya satu cara untuk memahami sambaran Petir Cinta. Tapi mungkin dianggap terlalu skeptis. Jadi apa kata para ahli yang berjas putih di laboratorium mengenai hubungan kosmis ini?
Mencintai bisa dipahami secara kimia, khususnya hormon oksitosin.
“Oksitosin telah dikenal sebagai hormon ikatan,” terang Herb Samuels, Ph.D., ketua Departemen Natural dan Applied Science di CUNY La Guardia.
“Satu cara untuk meningkatkan kadar oksitosin dalam aliran darah Anda adalah melalui sentuhan. Misalkan Anda punya sahabat berlainan jenis. Lebih banyak Anda bersentuhan satu sama lain ―bahkan tanpa ada maksud secara seksual― akan lebih tinggi kadar oksitosin Anda,” lanjut Dr. Samuels.
“Itu seperti Anda memprogram otak agar merasa nyaman satu sama lain. Bagi sebagian orang, jika oksitosin mencapai level tertentu, sesuatu yang berkaitan dengan gairah seksual bisa terjadi.”
Peneliti yang lebih modern menyebutkan adanya tambahan hormon yang menjelaskan ketertarikan. Misalnya saja feromon, yang selama ini lebih banyak disebut-sebut sebagai hormones of desire. Dikatakan, feromon ini disemburkan hewan dan manusia untuk menarik pasangan secara seksual. Feromon ―versi manusia― saat ini malah sudah dibotolkan (dalam arti dikemas dalam botol) dan dipasarkan sebagai obat cinta. Bukan hanya oleh penjaja minyak ular di kaki lima, tapi juga sampai Athena Institute, fasilitas riset biomedikal yang bermarkas di Pennsylvania, Amerika.
Feromon bisa jadi penyebab jika seseorang secara tiba-tiba membaui lawan jenisnya secara ‘pas’. Getaran cinta semacam ini mungkin jarang terjadi. Tapi jika memang terjadi, biasanya tak terpisahkan lagi. Seperti dialami Lala yang kuliah bersama Theo bertahun-tahun dan mengenalnya sebagai sahabat dekat. Mereka sering belajar bersama dan berdiskusi sampai larut malam. Sampai suatu ketika Lala mendekatkan diri pada Theo lantaran terlambat kuliah. Ia berusaha membisikkan pertanyaan soal mata kuliah saat itu.
“Bau tubuhnya membuat saya tak bisa menjauh,” aku Lala. Hebatnya, Theo merasakan hal serupa. Alhasil usai kuliah mereka sepakat makan siang bersama. Sejak itu mereka terus bersama sampai menikah 2 tahun kemudian.
Tapi bagaimana dengan Anda dan sahabat lawan jenis yang notabene sudah saling ‘membaui’ jutaan kali?
“Setiap perubahan hormonal yang terjadi dalam skala besar ―misalkan stres, menstruasi, atau penggunaan alat KB― mampu mengubah kadar feromon Anda dan cara Anda membaui orang lain,” begitu teori yang dikemukakan ilmuwan klinis James V. Kohl, penulis The Scent of Eros: Mysteries of Odor in Human Sexuality (Continuum Publishing).
“Bahkan jika selama bertahun-tahun, Anda mungkin secara tidak sadar telah meningkatkan kadar feromon sampai pada titik yang membuat lawan jenis sekaligus sahabat Anda bisa tertarik. Dan tiba-tiba saja, gairah terpancar.”
Atau memang waktunya sudah tepat?
Sebagian orang meyakini, satu cara yang bisa mendorong terjadinya sambaran Petir Cinta adalah dengan mengubah konteks persahabatan.
“Petir Cinta seringkali menyambar lantaran seseorang mendapat kesempatan melihat sahabatnya dalam pandangan yang baru, istilahnya lewat sinar yang lain,” ungkap psikoterapis Kirshenbaum.
Coba simak apa yang terjadi pada Kristi dan Rob. Setelah menjadi tetangga selama 3 tahun, pada satu kesempatan mereka berdua berada di depan api unggun saat berlibur ramai-ramai. Mengingat romantisnya suasana, Kristi mengungkapkan harapannya. “Andai saja aku bersama pacar, wah romantisnya...” Tanpa diduga, Rob memeluknya. Tiba-tiba saja Kristi melihatnya bukan sebagai teman. Melewati konteks normal, Kristi mampu melihat Rob sebagai individu yang punya potensi bersamanya. Padahal selama ini ia menganggap Rob bukanlah tipenya.
Kendati kita tak mampu mengendalikan semua hal dalam hidup, kita bisa mengubah bagaimana memberikan reaksi terhadap situasi yang baru. Seperti apa yang terjadi pada Kristi. Kita bahkan mampu membantu perkembangan perubahan itu dalam diri kita. Dan tentunya lebih sederhana ketimbang menghabiskan waktu tahunan lewat terapi.
“Buka diri terhadap sekian banyak jenis manusia. Jangan hanya mendekati seseorang yang Anda anggap sesuai dengan tipe Anda. Jika melakukannya, dijamin Anda akan mendapatkan lebih banyak kehangatan.” saran Kirshenbaum.
Cara baru ini akan membawa Anda pada kemungkinan mendapatkan cinta yang baru, termasuk diantaranya pada teman atau sahabat Anda sendiri. Untuk bisa sampai kesana, “Buang segala konsep mengenai tipe yang sesuai dengan kepribadian Anda, tipe yang Anda anggap mampu menarik perhatian Anda,” lanjut kirshenbaum.
“Setiap orang mestinya mengambil kesempatan. Usahakan berhubungan dengan semua lawan jenis Anda, jangan hanya teman yang berpotensi jadi pacar, tapi semuanya termasuk sahabat. Biarkan diri Anda menemukan hal-hal baru dari mereka. Anda harus membuka diri selebar-lebarnya jika ingin tersambar Petir Cinta.”
*) Sumber: Bintang Edisi 641, Agustus 2003
Pernahkah Anda bersahabat begitu dekat dengan lawan jenis? Pernahkah Anda membayangkan berada dalam pelukannya sebagai pacar? Atau secara kebetulan Anda berdua saling bertatapan dan seketika tahu sedang memikirkan hal yang sama? Wah, kalau ini terjadi, sepertinya Anda terkena sambaran Petir Cinta. Kalau Anda merasakannya, itu bukan cinta pada pandangan pertama, tetapi percintaan Monica dan Chandler dalam serial Friends. Banyak pakar hubungan asmara berpendapat hubungan cinta semacam inilah yang terbaik.
“Saya sebut love’s wake-up call, ketika teman berganti menjadi pasangan,” ungkap Mira Kirshenbaum, psikoterapis dan penulis buku Women and Love (HarperCollins). “Orang yang mendengar wake-up call seperti ini bisa menganggap diri mereka beruntung. Kenapa? Jika Anda mengenal sejak awal dan saling menghargai satu sama lain, Anda sudah punya modal kuat untuk sebuah hubungan asmara.”
Terdengar hebat kan? Tapi bagaimana Petir Cinta ini menyambar? Dan mengapa bisa terjadi? Bisakah Anda membuatnya terjadi? Atau Anda perlu menunggu takdir ikut campur? Coba simak pendapat beberapa pakar berikut, dari konselor, ahli reproduksi biologis, paranormal, dan beberapa orang yang mengalaminya.
Benarkah ini terjadi lantaran apa yang ada dalam kepala Anda?
Mengingat Petir Cinta berkaitan erat dengan kekuatan tak tampak, tak heran jika kita mendengar paranormal ikut mengemukakan teori mengenai fenomena ini.
“Kita bisa mengalami sesuatu yang dinamakan vibrasi twin-soul, kekuatan emosi yang menakdirkan kita bersama seseorang,” begitu ungkap Maria Papapetros, warga New York City yang kekuatan intuisinya banyak dipercaya klien-kliennya seperti aktris Demi Moore dan Goldie Hawn. “Anda mungkin mengenali orang ini dalam kehidupan sebelumnya,” lanjut Papapetros.
Tapi jika dia memang pasangan sejiwa kita, mengapa dia tidak mengalirkan getar-getar khusus saat pertama kali berjumpa?
Papapetros yakin, Anda tak akan bisa memilih vibrasi sampai Anda dan calon si dia telah menjalani berbagai masalah yang behubungan dengan keintiman. “Ketika Anda dan si dia bisa lebih saling percaya,” katanya.
“Anda akan melepas selubung pertahanan masing-masing dan bisa saling melihat seperti apa adanya.”
Bahkan jika ini harus berlangsung bertahun-tahun, hasilnya layak ditunggu. Nah, apa yang terjadi seandainya Anda mengetahui perasaan Anda tapi tidak ada satu pun pertanda dari si dia? Apakah perasaan macam begini beresiko terhadap persahabatan? Papapetros hanya berujar, “Jika persahabatan ini benar-benar bagus, tak akan ada yang bisa mengubahnya.”
Kedengaran meyakinkan, tapi benarkah terjadi?
Sarah, penari, sudah berteman selama 2 tahun dengan Toni. Pada suatu sore, saat mereka berdua sedang asyik menikmati acara televisi kegemaran mereka, tiba-tiba saja Sarah ingin bermanja-manja. Gayung bersambut tatkala Toni mengelus-elus rambutnya.
“Dia membiarkan saya membelai rambutnya saat itu,” kenang Toni.
“Dan kami merasa sangat rileks. Ada perasaan nyaman,” sambung Sarah. Dari situ kemudian hubungan mereka berlanjut.
Penjelasan Biologis
Menemukan pasangan sejiwa setelah mengangkat selubung pertahanan psikologis hanya satu cara untuk memahami sambaran Petir Cinta. Tapi mungkin dianggap terlalu skeptis. Jadi apa kata para ahli yang berjas putih di laboratorium mengenai hubungan kosmis ini?
Mencintai bisa dipahami secara kimia, khususnya hormon oksitosin.
“Oksitosin telah dikenal sebagai hormon ikatan,” terang Herb Samuels, Ph.D., ketua Departemen Natural dan Applied Science di CUNY La Guardia.
“Satu cara untuk meningkatkan kadar oksitosin dalam aliran darah Anda adalah melalui sentuhan. Misalkan Anda punya sahabat berlainan jenis. Lebih banyak Anda bersentuhan satu sama lain ―bahkan tanpa ada maksud secara seksual― akan lebih tinggi kadar oksitosin Anda,” lanjut Dr. Samuels.
“Itu seperti Anda memprogram otak agar merasa nyaman satu sama lain. Bagi sebagian orang, jika oksitosin mencapai level tertentu, sesuatu yang berkaitan dengan gairah seksual bisa terjadi.”
Peneliti yang lebih modern menyebutkan adanya tambahan hormon yang menjelaskan ketertarikan. Misalnya saja feromon, yang selama ini lebih banyak disebut-sebut sebagai hormones of desire. Dikatakan, feromon ini disemburkan hewan dan manusia untuk menarik pasangan secara seksual. Feromon ―versi manusia― saat ini malah sudah dibotolkan (dalam arti dikemas dalam botol) dan dipasarkan sebagai obat cinta. Bukan hanya oleh penjaja minyak ular di kaki lima, tapi juga sampai Athena Institute, fasilitas riset biomedikal yang bermarkas di Pennsylvania, Amerika.
Feromon bisa jadi penyebab jika seseorang secara tiba-tiba membaui lawan jenisnya secara ‘pas’. Getaran cinta semacam ini mungkin jarang terjadi. Tapi jika memang terjadi, biasanya tak terpisahkan lagi. Seperti dialami Lala yang kuliah bersama Theo bertahun-tahun dan mengenalnya sebagai sahabat dekat. Mereka sering belajar bersama dan berdiskusi sampai larut malam. Sampai suatu ketika Lala mendekatkan diri pada Theo lantaran terlambat kuliah. Ia berusaha membisikkan pertanyaan soal mata kuliah saat itu.
“Bau tubuhnya membuat saya tak bisa menjauh,” aku Lala. Hebatnya, Theo merasakan hal serupa. Alhasil usai kuliah mereka sepakat makan siang bersama. Sejak itu mereka terus bersama sampai menikah 2 tahun kemudian.
Tapi bagaimana dengan Anda dan sahabat lawan jenis yang notabene sudah saling ‘membaui’ jutaan kali?
“Setiap perubahan hormonal yang terjadi dalam skala besar ―misalkan stres, menstruasi, atau penggunaan alat KB― mampu mengubah kadar feromon Anda dan cara Anda membaui orang lain,” begitu teori yang dikemukakan ilmuwan klinis James V. Kohl, penulis The Scent of Eros: Mysteries of Odor in Human Sexuality (Continuum Publishing).
“Bahkan jika selama bertahun-tahun, Anda mungkin secara tidak sadar telah meningkatkan kadar feromon sampai pada titik yang membuat lawan jenis sekaligus sahabat Anda bisa tertarik. Dan tiba-tiba saja, gairah terpancar.”
Atau memang waktunya sudah tepat?
Sebagian orang meyakini, satu cara yang bisa mendorong terjadinya sambaran Petir Cinta adalah dengan mengubah konteks persahabatan.
“Petir Cinta seringkali menyambar lantaran seseorang mendapat kesempatan melihat sahabatnya dalam pandangan yang baru, istilahnya lewat sinar yang lain,” ungkap psikoterapis Kirshenbaum.
Coba simak apa yang terjadi pada Kristi dan Rob. Setelah menjadi tetangga selama 3 tahun, pada satu kesempatan mereka berdua berada di depan api unggun saat berlibur ramai-ramai. Mengingat romantisnya suasana, Kristi mengungkapkan harapannya. “Andai saja aku bersama pacar, wah romantisnya...” Tanpa diduga, Rob memeluknya. Tiba-tiba saja Kristi melihatnya bukan sebagai teman. Melewati konteks normal, Kristi mampu melihat Rob sebagai individu yang punya potensi bersamanya. Padahal selama ini ia menganggap Rob bukanlah tipenya.
Kendati kita tak mampu mengendalikan semua hal dalam hidup, kita bisa mengubah bagaimana memberikan reaksi terhadap situasi yang baru. Seperti apa yang terjadi pada Kristi. Kita bahkan mampu membantu perkembangan perubahan itu dalam diri kita. Dan tentunya lebih sederhana ketimbang menghabiskan waktu tahunan lewat terapi.
“Buka diri terhadap sekian banyak jenis manusia. Jangan hanya mendekati seseorang yang Anda anggap sesuai dengan tipe Anda. Jika melakukannya, dijamin Anda akan mendapatkan lebih banyak kehangatan.” saran Kirshenbaum.
Cara baru ini akan membawa Anda pada kemungkinan mendapatkan cinta yang baru, termasuk diantaranya pada teman atau sahabat Anda sendiri. Untuk bisa sampai kesana, “Buang segala konsep mengenai tipe yang sesuai dengan kepribadian Anda, tipe yang Anda anggap mampu menarik perhatian Anda,” lanjut kirshenbaum.
“Setiap orang mestinya mengambil kesempatan. Usahakan berhubungan dengan semua lawan jenis Anda, jangan hanya teman yang berpotensi jadi pacar, tapi semuanya termasuk sahabat. Biarkan diri Anda menemukan hal-hal baru dari mereka. Anda harus membuka diri selebar-lebarnya jika ingin tersambar Petir Cinta.”
*) Sumber: Bintang Edisi 641, Agustus 2003
Comments
Post a Comment